Kalām adalah media penyampai pesan yang di dalamnya berhimpun empat hal: lafzh, murakkab, mufīd, dan maudhū’.
(1)
Lafzh:
Suara yang mengandung sebagian huruf-huruf hijā’iyyah.
Ketika seseorang mengucapkan, misalnya, kata “nūr” (cahaya) , maka ucapan itu disebut lafzh karena: (1) dilontarkan dalam bentuk suara, (2) mengandung 3 huruf hijā’iyyah, yaitu “bā”, “yā'”, dan “tā”.
Media penyampai pesan non suara tidak dapat disebut lafzh sekalipun ia mengandung huruf hijā’iyyah, seperti: tulisan, isyarat, gambar, lukisan, rambu, dan lain sebaginya.
Tidak juga dapat disebut lafzh media penyampai pesan yang berwujud suara namun tak mengandung sebagian huruf hijā’iyyah, seperti: batuk, tangisan, dehem, rintihan, tabuhan kentongan, petikan alat musik, desiran angin, dan sebagainya.
(2)
Murakkab:
Rangkaian ucapan yang terbangun dari dua kata atau lebih.
Ketika seseorang mengucapkan, misalnya, kalimat “jā’a an-nabiyyu” جَاءَ النَبِيُ (sang nabi telah datang), maka ucapan itu disebut murakkab karena terbangun dari 2 kata, yaitu “jā’a” dan “an-nabiyy”.
(3)
Mufīd:
Mengandung pesan yang lengkap dan tak bersyarat sehingga pengucap atau pendengarnya diam sempurna karena ia mengerti.
Ketika seseorang mengucapkan, misalnya, kalimat “jā’a an-nabiyyu” (sang nabi telah datang), maka ucapan itu disebut mufīd karena pesannya lengkap dan dapat dipahami, yaitu “berita tentang kedatangan sang nabi”.
Namun, jika yang kita ucapkan itu, misalnya, adalah “idzā jā’a an-nabiyyu” (Jika sang nabi telah datang,….), ucapan itu tak dapat disebut mufīd karena pesannya tak lengkap dan tak dapat dipahami oleh pendengar. Baru dapat disebut mufīd jika ucapan itu, misalnya, adalah “idzā jā’a an-nabiyyu, fafrah” (Jika sang nabi telah datang, maka bergembiralah).
(4)
Maudhū’:
Diucapkan dalam media bahasa Arab, bukan bahasa non Arab.
—–
IKHTISAR
NGAJI JURUMIYYAH
BAGIAN KE-1
Rabu, 21 Februari 2018
PESANTREN DAARUL ULUUM
KAMPUS 2, NAGRAK, SUKARAJA, BOGOR
———-